Oleh: Tala Ardiansyah
BAB I
LATAR BELAKANG
A.
PENDAHULUAN
Banyak orang
termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang
membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir
sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa
aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam
yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang
terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena
ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Semua soal tadi
adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya
telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme,
pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan
memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan
untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya.
Ruang lingkup
filsafat pendidikan Islam mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam
telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya
beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian
tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini memberi
petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan,
masalah guru, kurikulum, metode,dan lingkungan.
Setiap orang memiliki
filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua
mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati,
Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
B.
TUJUAN
MEMPELAJARI ILMU FILSAFAT
·
Dapat
mengetahui dan menjelaskan konsep, objek, cakupan, problematika dan manfaat
belajar Filsafat Ilmu dalam kehidupannya sebagai seorang psikolog dan pendidik.
·
Tidak
terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
·
Kritis
terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
·
Merefleksikan,
menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap
bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
·
Mempertanggungjawabkan
metode keilmuan secara logis-rasional
·
Memecahkan
masalah keilmuan secara cerdas dan valid
·
Berpikir
sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
BAB II
RUANG LINGKUP PEMIKIRAN FILSAFAT
A. RUANG LINGKUP
Penjelasan mengenai ruang
lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui
sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber
bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat
pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat
pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau
cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat
pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.
Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya
dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk
bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah
guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari
kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.
Dengan demikian, filsafat berarti cinta, cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah
hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti
pengetahuan, hikmah (wisdom).
Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut
failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan
bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang
masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang
menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui
bahwa pengertian fisafat dari segi kebahasaan atau semantik adalah cinta
terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu
kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai
sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau
kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi
praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli
mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.
Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D.
Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si –
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba
menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan)
yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
(2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si
terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5)
Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran
yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama
lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling
sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau
hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup
di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya
mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber
untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al
Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana
telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar
terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist,
sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar
terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program
pendidikan seumur hidup (long life
education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam
sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist
sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran.
Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya
mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa
pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan
menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama
adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan
perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar
( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling
dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan
memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta
mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat
diambil kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala
usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,
pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan
sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan,
karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak
pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.
Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan
waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini.
Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli
pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan
cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan
pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah
semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat
manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang
melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung
unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi
itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa
hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan,
hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan
sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati
sebelumnya.
Sedangkan para ahli filsafat pendidikan,
sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat
tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita
mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih
kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang
memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik
daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah
membicarakan masalah yang sangat mendasar.
Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung
sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan
secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan
filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu
kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki
daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya
yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat
pengembangan fungsi manusia :
- Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
- Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
- Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat
diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara
filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat
para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam
secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia
bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana
dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Pengertian Filsafat Ilmu
•
Cabang
Filsafat yang menyelidiki ilmu dan masalah-masalah keilmuan
•
Menyelidiki
Ilmu Pengetahuan dan cara/proses pengetahuan diperoleh
Jadi, Filsafat Ilmu mempelajari ciri
pengetahuan ilmiah dan teknik pengetahuan itu diperoleh secara benar sesuai
dengan standar keilmuan universal.
C. RUANG LINGKUP PEMIKIRAN FILSAFAT ILMU
Objek
Filsafat Ilmu
•
Objek
Material (objek yang dipelajari): pengetahuan yang sistematis-ilmiah, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum
•
Objek
Formal (point of view subjek menelaah objek material): hakikat ilmu itu
Hal-hal yang termasuk objek ilmu:
•
Problem
mendasar ilmu pengetahuan
•
Hakikat
ilmu
•
Cara
Memperoleh kebenaran ilmiah
•
Fungsi
Ilmu Pengetahuan bagi manusia
4 hal ini terkait erat dengan
landasan pengembangan ilmu:
•
Ontologis:
sudut pandang/sikap ilmuwan yang materialis = ilmu alam ataukah spiritualis =
ilmu humaniora?
•
Epistemologis:
titik tolak menelaah ilmu (siklus empiris atau linear?
•
Aksiologis:
sikap etis yang relevan dengan nilai-nilai kebenaran universal
Dibawah ini adalah
beberapa pendapat tentang Ruang lingkup Filsafat Ilmu.
1. Peter Angeles:
•
Telaah
tentang konsep, praanggapan, metode ilmu, analisis, perluasan dan penyusunannya
untuk memperoleh pengetahuan yang cermat;
•
Telaah
dan verifikasi tentang proses penalaran dalam ilmu dan struktur
perkembangannya;
•
Telaah
tentang hubungan ilmu-ilmu;
•
Telaah
atas akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi penerapannya, hubungan
logika/matematika dengan realita, sumber dan validitas pengetahuan, sifat dasar
kemanusiaan
2. A.
Cornelius Benjamin:
•
Telaah
mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, struktur logis sistem lambang
ilmiah/logika, teori pengetahuan, teori-teori umum tentang tanda;
•
Penjelasan
konsep dasar, praanggapan, pangkal pendirian ilmu (landasan empiris, rasional,
pragmatis) berkaitan dengan metafisika;
•
Telaah
mengenai kaitan berbagai ilmu dan implikasinya bagi teori alam semesta
(idealisme, materialisme, pluralisme)
3. Marx
Wartofsky:
•
Refleksi
tentang konsep dasar, struktur formal dan metodologi ilmu;
•
Epistemologi
Filsafat yang memadukan peralatan analitis dari logika modern dan model
konseptual penyelidikan ilmiah
4. Ernest
Nagel:
•
Pola
logis dalam penjelasan ilmu;
•
Pembuktian
konsep ilmiah;
•
Pembuktian
validitas kesimpulan ilmiah
•
Filsafat
Ilmu meliputi konsep, metode, analisis, susunan logis, kaitan dan implikasi
ilmu dalam observasi-observasi ilmiah.
BAB III
KESIMPULAN
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan
al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan
dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis
Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang
diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan
rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan
memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara
konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam
bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari
luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal
prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah
melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh
para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan
perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu
upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat
bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam,
Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II,
Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan
Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan
Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam,
Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam,
Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Dacholfany,Ihsan.M ISID – Staf Pengajar PP Gontor – Perpustakaan, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar